Sampai saat ini pasien kusta dan penyandang disabilitas karna kusta masih menghadapi berbagai kesulitan. Salah satunya yang dihadapi adalah terkait akses terhadap layanan kesehatan yang layak dan minimnya informasi tentang tata cara perawatan dan penanganan pasien kusta.
Pasalnya tidak semua unit layanan kesehatan memahami informasi tentang kusta dan masih tingginya stigma terhadap kusta dikalangan tenaga kesehatan itu sendiri, sehingga orang dengan kusta tidak mendapatkan layanan yang optimal dan enggan berobat.
Hal ini tentu memperparah kondisi karna Selain beresiko menyebabkan disabilitas, orang dengan kusta yang tidak diobati akan dapat menularkan bakteri kusta kepada sekitarnya.
Kamis lalu tanggal 28 April 2022, saya mengikuti talkshow ruang publik KBR yang bertema "Dinamika Perawatan Diri dan Pencegahan Disabilitas Pada Kusta di Lapangan" dengan menghadirkan 2 narasumber yaitu:
- dr. M. Riby Machmoed MPH (Technical Advisor Program Leprosy Control, NLR) S
- Sierli Natar, S.Kep (Wasor TB/Kusta Dinas Kesehatan Kota Makassar)
Apa itu Kusta?
Kusta merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dengan penemuan kasus baru tahunan yang stagnan selama hampir 10 tahun terakhir. Bahkan Indonesia termasuk Negara dengan peringkat ke 3 total kasus Kusta terbesar di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia menargetkan bisa mengeliminasi Kusta secara keseluruhan pada Tahun 2020, namun ternyata ditemukan sebanyak 17000 kasus baru di beberapa daerah di Indonesia.
Kusta adalah penyakit menular yang penularannya tidak mudah, penyakit ini masuk ke dalam kategori tropis terabaikan karna sudah ada sejak tahun 1400 sebelum masehi dan masih mengintai masyarakat hingga kini.
Penyakit Kusta disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium Leprae. Bakteri ini mampu menular dari satu orang ke orang lain melalui percikan cairan dari saluran pernapasan yaitu ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.
Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus menerus dalam waktu yang lama. Beberapa faktor lainnya yang mampu menyebabkan seseorang terkena kusta antara lain : bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta dan memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh.
dr. M. Riby Machmoed MPH mengatakan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit infeksi yang paling tidak menular, karena penularannya butuh waktu yang lama, kontak intens dan erat dan itu hanya bisa terjadi ketika terdapat kontak terhadap seseorang yang belum diobati.
Perawatan diri penyakit kusta dengan cara 3M yaitu merendam dengan air biasa selama 20 menit, menggosok dengan batu apung dan menggosok dengan minyak kelapa.
Perjuangan untuk mengedukasi para penderita kusta tentu tidaklah mudah. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Sierli Natar, S.Kep ketika beliau sedang melakukan penelitian, beliau merasa kurangnya perhatian oleh para pasien kusta.
Beda halnya ketika berbicara dengan didampingi oleh pemuka agama atau kepala Daerah setempat misalnya baru ada antusias lebih dari mereka. Jadi memang tidak bisa sendirian untuk mengedukasi hal ini, harus asa dukungan dari Kepala Daerah yang ikut turun langsung dalam mengedukasi.
Perawatan Diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta di Lapangan
Untuk perawatan diri dan pencegahan kusta dapat dilakukan dengan pengobatan mulai memeriksa fungsi saraf, dengan cara merendam pada bagian yang mengalami kekebalan supaya tidak mengalami disabilitas.
Penyakit kusta sendiri tentu bisa disembuhkan, butuh sekitar 6 bulan hingga 2 tahun. Para penderita dapat segera sembuh asalkan mereka rutin berobat apalagi obat kusta sendiri gratis.
Hal yang ditakutkan biasanya keseriusan dari penderita untuk rutin mengkonsumsi obatnya. Ketika sudah selesai masa pengobatannya tentu harus dipantau oleh petugas kesehatan yang berwenang.